Jakarta –
Aktris Rania Putrisari Dunya telah menyelesaikan perannya sebagai korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dalam film pendek Tanpa Luka. Peran tersebut mendorong aktris berusia 30 tahun ini untuk berbagi pemikirannya tentang hubungan dan pentingnya mengenal pasangan secara mendalam sebelum memutuskan untuk menikah.
“Umurku juga 30 kan? Di film mungkin karakternya memutuskan untuk berkeluarga. Jadi mungkin dia tidak punya waktu untuk melihat apa sudut pandang cowok atau kandidatnya,” kata Rania. Pertemuan Putrisari di kawasan, Jakarta Pusat, Selasa (17/12/2024).
Bertentangan dengan karakternya, Rania Putrisari menegaskan tak ingin terburu-buru menikah.
iklan
Gulir untuk melanjutkan konten.
“Kalau saya sendiri, saya tidak ingin terburu-buru menikah. Pertama, saya melihat karakter orangnya seperti apa. Kadang kita sudah berteman lama, kita tidak melihat seperti apa dia.” Rania Putrisari.
Finalis gadis sampul tahun 2009 ini mengaku pernah menjalin hubungan yang berpotensi berujung kekerasan. Namun dia berhasil keluar dari situasi tersebut.
“Juga, saya mungkin punya mantan pacar yang bisa saja melakukan hal tersebut[yang melakukan kekerasan]. Tapi saya tahu dan kita perlu tahu bahwa sebagai perempuan kita punya nilai-nilai, jadi kita perlu menikah agar Anda tidak melakukan hal yang sama. Jangan abaikan itu hanya karena kita memang begitu,” jelasnya.
Rania Putrisari mengimbau remaja putri untuk tidak menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mengenal pasangannya sebelum mengambil keputusan besar seperti pernikahan.
Jadi saya hanya bisa tekankan, bagi yang ada atau mungkin masih muda, masih pacaran. Jangan takut untuk memberikan waktu lebih untuk mengenal orang lebih baik, tutupnya.
Film pendek “Dunia Tanpa Luka” merupakan salah satu serial yang diselenggarakan oleh Masyarakat Peduli dan Berbagi Perempuan (KPPB) dalam rangka Hari Perempuan Anti Kekerasan. Acara ini diadakan untuk memberikan edukasi, meningkatkan kesadaran dan mendorong tindakan nyata untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan.
“Melalui acara ini, kami ingin menyampaikan pesan bahwa kekerasan dalam bentuk apapun tidak boleh ditoleransi. Dengan menghargai dan menghargai diri sendiri, kita semua bisa menjadi agen perubahan untuk mengakhiri kekerasan dan menciptakan masa depan yang aman, adil dan bermartabat,” Meiline Tenardi, pendiri KPPB dan ketua panitia.
(ah/ingin)