Jakarta –
Studi yang dilakukan Health Cooperation Center (HCCC) menemukan bahwa tiga dari sepuluh remaja atau siswa SMA di Diki Jakarta memiliki masalah kesehatan mental. Peneliti utama adalah Dr. Ray Wagyu, MKK Gangguan fisik, psikosis karena stres atau kecemasan.
Terakhir, 29 persen dikaitkan dengan gangguan hiperaktif di sekolah, dimana terlalu aktif dapat membuat remaja mudah terganggu dan sulit berkonsentrasi di sekolah. Terdapat banyak siswa, meskipun relatif kecil, yang mengalami masalah perilaku, antara lain sering berkelahi, berbohong, dan menyontek.
“Dari hasil skrining ini dipastikan ada tiga masalah perhatian utama pada remaja. Yang pertama adalah masalah atau masalah kepercayaan diri. 81 persen mengalami masalah kepercayaan diri, 8 dari 10 remaja.” jelasnya dalam konferensi media, Selasa (17/12/2024).
iklan
Gulir untuk melanjutkan konten.
“Apalagi 67 persen atau 6 dari 7 remaja mempunyai permasalahan pada penampilan, sehingga meskipun mereka merasa tidak seperti anak-anak lain yang membeli sepatu baru, mereka akan mengalami gangguan mental,” tegasnya.
Terakhir, lebih dari 75 persen mengalami kendala bersekolah bersama keluarga, salah satunya terkait kondisi ekonomi. Sekitar 10 persennya adalah anak-anak tanpa orang tua, dan 30 hingga 40 persen orang tua dari remaja di DKI memiliki orang tua di bawah upah minimum yang ditetapkan negara.
Sayangnya, guru di sekolah termasuk BK dinilai belum bisa diakses secara luas. Berdasarkan temuan HCC bulan Oktober 2024, hanya 8% remaja dengan masalah kesehatan mental memilih untuk menceritakannya kepada guru.
Sebanyak 55 persen sisanya memilih untuk lebih mempercayai teman sebayanya, dan 54 persen sisanya memilih untuk 'mempercayai' orang tuanya.
“Dari survei kami, tiga tempat paling nyaman bagi remaja untuk ngobrol bukan di ruang BK, melainkan kamar, ruang makan, dan kamar mandi. Saat kami tanya kenapa kamar mandi, katanya private, artinya tidak ada privasi. di ruang BK ya?
(Naf/Kna)